pasang
pasang

Ahok-Djarot Akhirnya Bicara setelah Kalah di Quick Count


Jakarta - Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat akhirnya menggelar jumpa pers. Keduanya menanggapi hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Ahok hadir dalam jumpa pers yang digelar di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Ia mengenakan kemeja berwarna biru. Sedangkan Djarot mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna abu-abu. Keduanya sempat tersenyum sebelum menyampaikan tanggapan hasil quick count.

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sekaligus petahana berdasarkan hasil quick count hasil pemungutan suara dinyatakan kalah dari Pasangan calon Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno.

Hasil quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) menunjukkan pasangan Basuki dan Djarot hanya meraih 44,14 persen suara, sedangkan pasangan Anies dan Sandiaga meraih 55,86 persen suara. Data masuk sebanyak 96,29 persen.

Hasil quick count Penelitian dan Pengembangan Harian Kompas menunjukkan pasangan Basuki dan Djarot hanya meraih 41,87 persen suara, sedangkan pasangan Anies dan Sandiaga meraih 58,13 persen suara. Data masuk sebanyak 94,7 persen.

Dari hasil quick count, Anies-Sandiaga hingga kini masih terpantau unggul. Hasil resmi Pilgub DKI Jakarta akan diumumkan oleh KPU DKI Jakarta pada akhir April mendatang. Kendati dinyatakan kalah, namun pemenang sah adalah yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta berdasarkan hasil real count. Kekalahan pasangan petahana telah diprediksi sejumlah lembaga survei dan konsultan politik, sebelumnya.

"Kita sudah melihat hasil hitung secara quick count. Dan tentunya nanti kita menunggu hasil real count. Hasil penghitungan quick count, Pak Anies dan Pak Sandi unggul. Oleh sebab itu, saya mengucapkan selamat kepada beliau," kata Djarot, Rabu (19/4/2017).

"Kami harap ke depan kami ingin semua lupakan persoalan selama kampanye dan pilkada karena Jakarta rumah bersama," ucap Ahok.

Selain Ahok-Djarot, jumpa pers dihadiri tim pemenangan dari partai pendukung, di antaranya Ace Hasan Syadziliy, Humprey Djemat, Idrus Marham, dan Bima Aria.

Ini Penyebab Kekalahan Ahok - Djarot

Saat pemungatan suara putaran pertama, pasangan Ahok - Djarot sapaan Basuki dan Djarot malah unggul. Lalu, apa sebenarnya penyebab kekalahan Ahok- Djarot pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022  ini ?

Peneliti dari lembaga survei sekaligus konsultan politik LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dan Ardian Sopa pernah membeberkan sebelumnya. Berikut lima penyebab kekalahan pasangan petahana (incumbent) ini berdasarkan hasil riset LSI Denny JA :

1. Profil Pemilih Yang Sama
Pendukung, termasuk partai politik pengusung pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang kalah pada putaran pertama lebih banyak mengalihkan dukungan kepada pasangan Anies dan Sandiaga, hal ini didasari karena adanya kesamaan profil pemilih.

2. Sentimen Anti Ahok
Faktor sentimen anti-Ahok karena kapitalisasi isu agama dan primordial. Ahok dianggap tak pas untuk memimpin pemerintahan DKI Jakarta karena bukan pemeluk agama yang mayoritas dipeluk warga DKI Jakarta. Berdasarkan hasil riset LSI Denny JA, sekitar 40 persen pemilih yang beragama Islam di DKI Jakarta tidak bersedia dipimpin oleh Ahok yang non-Muslim. Mereka berupaya keras agar Ahok kalah dan tidak memimpin lagi DKI Jakarta. Selain itu, dia juga berasal dari kelompok etnis minoritas

3. Kebijakan Tak Pro Rakyat
Akibat kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dinilai tak pro kepada rakyat. Kebijakan tersebut diantaranya penertiban kawasan pemukiman dan reklamasi di pantai Jakarta Utara.

4. Kompetitor Baru
Hadirnya kompetitor baru yang menjadikan pemilih memiliki alternatif dalam memilih pemimpin DKI Jakarta. Pasangan Anies dan Sandiaga, serta pasangan Agus dan Sylviana menjadi alternatif pemilih yang pro maupun kontra Ahok

5. Karakter Ahok yang kasar dan arogan.
Sikap mantan Bupati Belitung Timur itu dianggap bukan tipe pemimpin yang layak memimpin Jakarta karena omongannya kerap dianggap kasar. Puncaknya, ketika dia blunder soal ayat suci Alquran surat Almaidah 51, belum lagi sikapnya yang dinilai tidak konsisten, suatu ketika mencerca partai politik dan hanya ingin maju lewat jalur independen, namun selanjutnya ia berjuang mencari dukungan partai politik.

0 Response to "Ahok-Djarot Akhirnya Bicara setelah Kalah di Quick Count"

Post a Comment